Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Tsabit bin Qais, Memberi Wasiat Melalui Mimpi


Tsabit bin Qais seorang sahabat Nabi dari golongan Anshar. Gaya bicaranya juga sangat jelas, lugas, dan lantang sehingga dia mampu mengalahkan lawan biacaranya. Selain itu Tsabit juga terkenal sebagai pria yang busananya modis dan mewah, sehingga yang memandangnya seketika terkesima. Tsabit juga seorang mukmin yang mempunyai iman yang dalam bertakwa dengan ketakwaan yang bersih dan sangat takut kepada Rabbnya, sehingga ia selalu berhati-hati dari segala perkara yang membuat Allah marah.

Sebelumnya Rasulullah sudah pernah bilang “Wahai Tsabit apakah kamu tidak rela hidup dalam keadaan terpuji, mati sebagai syahid dan masuk surga?” maka Tsabit menjawab “Ya Rasulullah, ya wahai Rasulullah” “itu milikmu” jawab Rasul. Rasulullah mengatakan hal itu ketika Tsabit cemas karena dirinya adalah orang yang suka dengan pujian sementara Allah telah melarang kita berharap dipuji dengan sesuatu yang tidak dilakukan. 

Baca Juga: Aku Ingin Menciptakan Kenangan Dengan-Mu

Peristiwa memberi wasiat melalui mimpi ini terjadi saat perang Yamamah, menyerang nabi palsu Musailamah AlKadzab di zaman Abu Bakr ra. Dalam peperangan itu Tsabit bin Qais termasuk sahabat yang meninggal dalam keadaan syahid, Tsabit tersungkur dimedan perang dengan sangat tenang sesuai dengan apa yang telah Allah tetapkan untuknya berupa gugur sebagai syahid dengan dada tenteram karena Allah mewujudkan kemenangan besar bagi kaum muslimin.

Ketika itu Tsabit memakai baju besi yang cukup bernilai harganya. Sampai akhirnya lewatlah seorang muslimin dan menemukan jasad Tsabit. Orang ini mengambil baju besi Tsabit dan membawa baju itu pulang. Setelah peristiwa itu ada salah seorang mukmin yang bermimpi. Dia didatangi Tsabit bin Qais, Tsabit berpesan kepada si Mukmin di dalam mimpi: “Aku wasiatkan kepadamu, dan jangan katakana ‘ini hanya mimpi kalut’ lalu tidak kamu perdulikan. Ketika aku mati ada seseorang yang melewati jenazahku dan mengambil baju besiku. Tinggalnya di paling pojok sana dan di kemahnya ada kuda yang digunakan untuk kegiatannya… Dia meletakkan wadah diatas baju besiku dan diatasnya ada pelana.

Datangilah Khalid bin Walid minta beliau untuk menugaskan orang agar mengambil baju besiku. Dan jika kamu bertemu Khalifah Abu Bakr, sampaikan bahwa aku punya tanggungan utang sekian dan punya piutang macet sekian. Sementara budakku Fulan, statusnya merdeka. Sekali lagi jangan kamu katakan ‘ini hanya mimpi kalut’ kemudia tidak memperdulikannya.”

Setelah bangun orang inipun menemui Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu dan menyampaikan kisah mimpinya bertemu Tsabit. Lalu sang panglima, Khalid bin walid mengutus beberapa orang untuk mengambil baju besi itu, dia memperhatikan kemah yang paling ujung, ternyata ada seekor kuda yang disiapkan. Mereka melihat isi kemah ternyata tidak ada orang didalamnya. Merekapun masuk dan langsung menggeser pelana.

Baca Juga: Apa Kabar Iman?

Ternyata dibawahnya ada wadah, lalu mereka mengangkat wadah itu dan ketemulah baju besi Tsabit. Merekapun membawa baju besi itu ke hadapan Khalid bin Walid. Sampai di Madinah, ia menyampaikan mimpinya kepada Khalifah Abu Bakr dan beliau memperbolehkan melaksanakan wasiat Tsabit. Para sahabat mengatakan, “Kami tidak pernah mengetahui ada seorangpun yang wasiatnya dilaksanakan, padahal baru disampaikan setelah orangnya meninggal, selain wasiat Tsabit bin Qais." (HR. Al-Baihaqi dalam Dalail An-Nubuwah 2638 dan Al-Bushiri dan Al-Ittihaf 3010).