Muslimah Rajin Shalat Tapi Tidak Menutup 'Aurat', Bagaimana Pandangan Islam?
Jilbab adalah kewajiban bagi wanita muslimah sebagaimana
firman Allah pada QS. Al-Ahzab ayat 59 yang artinya: "Wahai Nabi!
Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang
mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali,
sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Tetapi bagaimana hukumnya jika ia rajin melakukan shalat? Berikut
penjelasannya:
Pertama, kewajiban jilbab bagi wanita muslimah merupakan bagian dari al-ma'lum
min ad-din bidh-dharurah, suatu yang tidak dipertentangkan lagi kewajibannya.
Sama halnya dengan shalat, puasa, haji, dll karena ia didukung dengan dalil
kuat dan qath'i, baik dari al-Qur'an dan as Sunnah, serta telah menjadi
ijma'ulama akan kewajibannya.
Kedua, kewajiban-kewajiban yang Allah dan Rasul-Nya tetapkan tidak berkonotasi
saling menggantikan satu sama lainnya. Orang rajin menunaikan shalat tidak
bermakna dia boleh untuk tidak puasa, atau nilai pahala shalatnya dapat
menutupi dosa tidak puasanya. Karena itu, wanita yang rajin melakukan shalat
tapi tidak memakai jilbab, nilai shalatnya tidak dapat menghapus dosa tidak
memakai jilbab. Dalam artian, ia tetap berdosa karena belum mau mengikuti
syariat memakai jilbab.
Allah swt berfirman dalam QS al-'Ankabut: 45, “Dan laksanakan
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan munkar.” Jika
shalat belum menjadikan seseorang menutup aurat yang diperintahkan oleh Allah
swt, maka itu menunjukkan bahwa dia mengerjakan shalat hanya secara lahiriyah
saja dan kosong dari rasa takut dan khusyu'.
Hendaknya juga kita bertaubat dengan taubatan nasuha setelah
melakukan maksiat dengan berlandaskan pada rasa sesal terhadap kesalahan
setelah berlepas darinya serta bertekad untuk tidak kembali mengulanginya.
Allah swt berfirman dalam QS Thaha: 82, “Dan Sesungguhnya aku
Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian
tetap di jalan yang benar.” Selama masih ada kebaikan, ketaatan, dan amal
shalih di dalam diri serang muslimah maka masih ada harapan baginya untuk
mengembalikan diri pada kebaikan yang dituntut oleh Allah swt dan menjauhkan
diri dari kemaksiatan. Wallahu A'lam bis Shawab.
Salah satu tanda diterimanya shalat dan puasa adalah
munculnya pengaruh ibadah tersebut dalam bersikap maupun bertutur kata. Dalam
sebuah Hadits Qudsi, Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku hanya menerima
shalat dari seseorang yang merendahkan dirinya dalam shalatnya karena
kebesaran-Ku, tidak mencemarkan nama baik ciptaan-Ku, tidak terus menerus
bermaksiat kepada-Ku, memanfaatkan waktu siang untuk mengingat-Ku, mengasihi
orang-orang miskin, ibnu sabil dan janda-janda, serta mengasihi orang yang
terkena musibah" (HR. Al-Bazzar).
sumber : https://bincangsyariah.com/nisa/muslimah-rajin-shalat-tapi-tidak-menutup-aurat-bagaimana-menurut-islam/