Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Aku Ingin Menciptakan Kenangan Dengan-Mu

Aku masih sangat ingat bagaimana dulu rasa malasku untuk berdiri mengambil wudhu dan melaksanakan shalat untuk-Mu, bertahun-tahun aku lalui dengan rasa malas yang tinggi untuk melaksanakan ibadah itu, kewajiban dan tempat satu-satunya untuk bertemu dengan-Mu. Seolah telingaku sudah tuli saat adzan berkumandang tubuhku seolah terkunci untuk tidak bangkit mengambil wudhu dan melaksanakan shalat itu.

Aku selalu berpegangan dengan kata hidayah akan datang….. seolah hidayah itu tidak perlu aku jemput aku menunggu hidayah dan cahaya untuk kembali tetapi saat hidayah itu datang aku malah mengabaikannya bahkan bersikap seperti orang yang tidak pernah memintanya. Engkau selalu menunggu sujudku untuk-Mu tidak henti-hentinya kau menegurku lewat postingan teman-temanku dan media sosial ku. Aku masih mengabaikan semua itu dan pikirku pada hari itu bahwa aku sangat malas melakukan ibadah yang tidak aku inginkan.

Namun, sekarang semua berubah….. Semenjak aku memutuskan Engkau satu-satunya tempat aku berceritakini shalat dan sujudku terasa sangat berbeda. Saat adzan berkumandang aku sangat riang seolah hanya itulah yang aku tunggu, dulu selalu mengatakan baru saja shalat sekarang sudah adzan lagi. Tapi lain hal-nya dengan sekarang adzan adalah hal yang paling kutunggu karena aku tahu lagi dan lagi kita akan bertemu. Aku menunggu adzan dan memikirkan topik mana yang harus aku perbincangkan… cerita seru apa yang harus kubagi dengan-Mu ataukah hal ini atau hal yang satunya sangat banyak tapi aku bingung karena aku terlalu riang ketika mengingat bahwa sebentar lagi adzan.

Sebab aku ingin disaat sebelum aku tidak bisa melihat matahari yang terbit menyapa aku sudah menciptakan kenangan dengan-Mu. Aku ingin disaat nanti bajuku tergantung tanpa pemilik aku sudah menjadi orang yang berhasil menciptakan cerita-cerita dengan-Mu. Aku ingin saat nanti aku telah dipanggil oleh-Mu dan dibangkitkan kembali aku dapat menatap Engkau tanpa hijab. Aku ingin Engkau melihat betapa aku berusaha untuk selalu berada digaris paling depan saat ingin menemui-Mu. Aku ingin para malaikat sebagai saksinya, walau aku pernah sangat durhaka kepada-Mu setidaknya diakhir aku sempat menjadi manusia yang tidak pernah telat merindukan-Mu.