Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perumpamaan Orang Munafik

 

Sifat munafik adalah salah satu sifat tercela didalam islam yang tidak seharusnya sifat itu ada didalam diri seorang muslim. Sifat munafik ini adalah penyakit hati yang akan merugikan diri sendiri dan bisa merugikan orang lain.

Munafik sendiri memiliki arti suka menampakkan atau berkelakuan sesuai dengan kebenaran saat didepan orang, padahal sebenarnya hal tersebut tidak sesuai dengan hati nya dan perbuatan sebenarnya.

Baca Juga : 7 Tanda Taubat Diterima Allah 

Lalu bagaimanakah jika orang munafik melaksanakan shalat? Bisa kita lihat didalam hadist riwayat Muslim yang artinya “itulah shalat orang munafik, itulah shalat orang munafik, itulah shalat orang munafik. (Yaitu) dia menunggu matahari sampai terbenam kemudian dia berdiri (untuk shalat ashar), lalu mempercepat tanpa ada rasa khusyuk sedikitpun empat rakaat, tampa mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (HR. Muslim)

Dan apa perumpamaan orang munafik itu? Allah berfirman pada surah Al-Baqarah ayat 17 yang artinya; “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. (QS. Al-Baqarah ayat:17. 

Baca Juga : Rahasia Antara Kamu Dan Allah 

Orang munafik sangat sering memperlihatkan keimanan pada lisannya saja bukan dengan hatinya. Maka apabila mereka meninggal tibalah rasa takut dan azab dari Allah SWT. Orang munafik juga Allah umpamakan dengan tuli, bisu, dan buta sebagaimana firman Allah pada surah Al-Baqarah ayat 18 yang artinya; “mereka tuli, bisu, dan buta maka tidaklah mereka akan kembali kejalan yang benar.” (QS. Al-Baqarah ayat:18)

Lalu Allah juga berfirman yang artinya: “Atau seperti orang-orang yang ditimpa hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (menedengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah ayat:19)

Asbabun nuzul surah Al-Baqarah ayat 19 ini dari Ibnu Jarir dari Thariq As-Sadd al-Kabir, diambil dari Ibnu ‘Abbas, dari Murrah, dari Ibnu Mas’ud dan Anas dari sahabat, Mereka berkata: Dulu ada dua orang munafik penduduk Madinah yang melarikan diri dari Rasulullah menuju tempat orang musyrik. Kemudian mereka ditimpa hujan yang Allah sebutkan. Hujan itu disertai dengan guruh yang dahsyat, petir dan kilat. 

Baca Juga : Selesai Tahajud Ngantuk? Ini Kegiatan Yang Dapat Kamu Lakukan Sambil Menunggu Waktu Subuh 

Setiap kali petir menyambar mereka menutup telinga karena takut petir tersebut masuk kedalam telinga sehingga dapat membunuh mereka. Jika ada kilat berkelebat mereka berjalan menuju cahayanya. Tapi jika tidak ada cahaya kilat mereka tidak dapat melihat. Maka pulanglah mereka ketempat mereka dan berkata, “Andai saja sekarang telah pagi, niscaya kami akan mendatangi Muhammad kemudian berbai’at kepadanya.” Lalu mereka mendatangi belian dan masuk islam. Mereka menjadi muslim yang baik.

Pada Ayat ke-20 yang artinya: “Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan dibawah sinar itu, dan bila gelap itu menimpa mereka, mereka berhenti. Jika Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah ayat:20)

Baca Juga : 7 Tanda Sederhana Taubat Diterima Allah 

Ayat ayat ini merupakan perumpamaan sifat orang munafik yang Allah sebutkan dalam Al-Qur’an yang dapat mengejutkan hati orang-orang munafik. Mereka membenarkan tatkala mereka mendengar ayat yang mereka senangi, misalnya ayat tentang pembagian harta maka orang munafik akan berjalan sesuai dengan ayat.

Namun, orang munafik mengingkari ayat-ayat yang mereka benci, seperti ayat tentang shalat, puasa, haji dan segala bentuk hukum terhadap mereka. Pada akhir ayat 20 diatas menerangkan bahwa  Allah berkuasa menghilangkan hal apapun yang ada pada orang munafik.

Semoga kita dijauhkan dari sifat munafik dan senantiasa berada dijalan yang benar

Wallahu a’lam